Senin, 15 April 2013

Skripsi Harus Karya Sendiri

SKRIPSI adalah karya tulis ilmiah yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi sekaligus menjadi pembuktian secara akademis bagi mahasiswa sebagai syarat kelulusan untuk jenjang Strata Satu (S1).

Tapi, apa jadinya jika skripsi tidak dikerjakan sendiri oleh mahasiswa, melainkan hasil beli jasa skripsi?
Memanfaatkan jasa orang lain membuatkan skripsi selain mengeluarkan biaya besar, juga mencederai nilai-nilai akademis.

Dosen jurusan Ilmu Komunikasi Unhas, Drs Kahar M.Hum,
mengatakan, sangat tidak wajar jika ada mahasiswa yang melakukan hal seperti itu (beli skripsi, red). Menurutnya, skripsi itu harus murni dari pikiran dan hasil penelitian seorang mahasiswa.

"Yang namanya calon sarjana, salah satu pembuktian keberhasilannya dilihat dari buah pemikiran yang ia tuangkan melalui tulisan ilmiah, yakni skripsi. Jadi, semua mahasiswa dituntut membuat skripsi sendiri berdasarkan buah pemikirannya," ujarnya.

Kahar menambahkan, penguji pasti mengetahui jika skripsi yang diperiksanya hasil karya/pemikiran mahasiswanya atau bukan. "Saya harap, skripsi itu murni hasil pemikiran masing-masing agar semua mahasiswa memiliki kemampuan dan kualitas yang teruji," kuncinya. (ari)


Mahasiswa Harus Inovatif, Kreatif, dan Inspiratif

PADA umumnya, Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah program intrakulikuler yang bertujuan memberikan pendidikan secara langsung atau bersifat nyata kepada mahasiswa. Pelaksanaannya pun di lokasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan melibatkan masyarakat, agar hasil dari KKN tersebut bisa diimplementasikan dan memberikan manfaat nyata pula bagi masyarakat.

Karena pada dasarnya sasaran KKN itu sendiri adalah mahasiswa itu sendiri, masyarakat bersama pemerintah daerah atau institusi serta Perguruan tinggi. Namun kenyataannya ada beberapa mahasiswa juga masyarakat yang memandang KKN sebagai fomalitas semata.

Menurut Kepala Unit Pelayanan Terpadu Kuliah Kerja Nyata (UPT-KKN) Unhas, Dr Hasrullah MA, pandangan masyarakat terhadap KKN sebagai formalitas semata itu bisa saja betul. Maka dari itu, mahasiswa sekarang itu harus mempunyai persiapan atau basik sebelum mengikuti KKN. Selain itu, mempunyai program yang kreatif dan bermanfaat serta dapat diimplementasikan.

"Itu bisa saja benar jika mahasiswa hanya datang dan tidak membuat apa yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah. Olehnya, mahasiswa harus membuat program jangka panjang, kegiatan serta loka karya yang dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah yang bersinergitas dan bermanfaat dengan masyarakat agar masyarakat tidak bosan dan tidak memandang KKN sebagai formalitas semata," ujarnya.

Hasrullah menambahkan, mahasiswa itu harus mempunyai basik dan program yang matang sebelum melaksanakan KKN. "Intinya, mahasiswa itu harus inovatif, kreatif, inspiratif, interdisipliner dan multidisipliner agar KKN berbuah hasil yang memuaskan dan stigma masyarakat terhadap KKN itu tak lagi sebagai formalitas semata," tutupnya. (ari)

Senior Idolaku Cerdas dan Tampan

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

SETIAP orang punya idola masing-masing. Entah itu karena sang idola memiliki paras cantik atau tampan, maupun sifatnya yang lembut dan penolong. Hal itu juga berlaku juga di dunia kampus. Selain dosen, terkadang mahasiswa juga sering mengidolakan senior!

Mengidolakan seorang senior itu bukan hanya karena wajahnya cantik atau ganteng. Bisa juga karena dia sopan dan lembut kepada juniornya serta mampu menjadi sosok yang patut dicontoh. Boleh disebut, senior adalah sosok yang juga berperan penting dalam mempersiapkan generasi selanjutnya.

Jenny Melany, mahasiswi Universitas Fajar (Unifa) jurusan Ilmu Komunikasi, mengaku kalau dia pernah punya senior yang dia idolakan. "Ada sih, waktu di awal semester dua. Tapi, sekarang sudah nggak pernah lihat dia lagi. Alasannya simpel, karena dia tuh orangnya rapi dan murah senyum," ungkap Juara Favorit Top Model Fajar FM 2012 ini.

Berbeda dengan Andi Chairiza Bahrun. Mahasiswi Universitas Hasanuddin (Unhas) membeberkan kalau dia mengidolakan seniornya itu karena bakat dan prestasinya yang bagus.

"Punya. Saya mengidolakan dia karena prestasi dan bakat yang dia miliki. Kemampuan menulis yang dia miliki sangatlah hebat. Dia mampu menuangkan imajinasinya ke dalam sebuah tulisan sehingga dia mampu menghipnotis pembaca untuk tetap larut dalam tulisannya," urai juara 1 Lomba Desain Poster Islami FMI 2012 ini.

Terlebih lagi pencapaian yang telah diraih oleh seniornya membuat Chairiza semakin kagum. "Tak hanya itu, dia juga adalah seorang pimpinan redaksi penerbitan majalah himpunan. Dia juga mampu meraih sarjana dalam kurun waktu kuliah 3,5 tahun," tambah mahasiswi yang pernah masuk lima besar Karya Tulis Ilmiah (KTI) Pelopor Pelajar Keselamatan Berkendara Dinas Perhubungan (Dishub) 2012 ini.

Hampir sama disampaikan dengan Melany. Nuriiy Insani, mahasiswi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Fakultas Hukum ini juga punya senior yang dia idolakan. Tapi bagi dia, sosok yang dia idolakan itu tak hanya tampan, melainkan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan intelektual.

"Iya, saya punya senior yang saya idolakan. Saya mengidolakan dia karena bukan hanya wajahnya ganteng, tapi dia orang yang rapi serta bagi saya dia orang pintar, mempunyai wawasan luas dan pandai berinteraksi dengan masyarakat umum," ujar mahasiswi kelahiran Makassar, 17 September 1993 ini. (*)

Faktor Internal dan Eksternal

SEPERTI pada umumnya, tujuan seseorang kuliah adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pembelajaran tingkat lanjut dan gelar, lalu kerja di salah satu instansi pemerintah maupun swasta. Tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada beberapa mahasiswa yang enggan untuk serius dalam kuliah, apalagi pengen cepat-cepat diwisuda.

Biasanya, mahasiswa seperti itu medapat sebutan Maba (mahasiswa abadi) atau Mapala (mahasiswa paling lama) dari mahasiswa-mahasiswa lainnya.

Menurut Faradillah Firdaus SPsi MA, tingkat Intelligence Emotional (IE) yang lebih besar daripada Intelligence Quotient (IQ) mendorong mahasiswa untuk lebih senang berorganisasi, bersosialisasi, bertukar pikiran dan melakukan kegiatan-kegiatan atau bergabung dengan Ormas daripada belajar.

"Nah, karena kesibukannya itulah yang terkadang menjadi faktor penyebab habisnya uang, tenaga, pikiran dan juga waktu sehingga kuliah terabaikan dan bukan prioritas lagi," ungkap dosen Psikologi UNM ini.

Anak Mami, kalau kita sering sebut, terkadang juga menjadi faktor kuliah lama. Rendahnya pengawasan dari orang tua (jauh dari ortu) terkadang kebebasan itu dimanfaatkan secara berlebihan. "Kerjanya maen, pacaran, begadang tiap malam, nongkrong sana-sini dan lain-lainnya," imbuhnya.

Selain itu, faktor internal dan eksternal juga sangat berpengaruh terhadap mahasiswa tersebut. "Faktor internal itu yakni motivasi atau niat dari dalam diri orang itu. Sedangkan faktor eksternal itu yakni lingkungan sekitar, kuliah dengan sebuah keterpaksaan, kuliah sambil menekuni hobi secara berlebihan, terlena dengan keadaan yang sudah bisa mendapatkan uang sendiri (kuliah sambil kerja) dan tidak adanya jaminan kerja setelah lulus kuliah," tutupnya. (ari)

Pentingnya Kata Maaf Diulas di UIT

MAKASSAR, FAJAR -- Dalam mewujudkan Trid Darma Perguruan Tinggi, Universitas Indonesia Timur (UIT) menggelar perkuliahan umum. Kegiatan yang dihadiri berbagai elemen mahasiswa maupun jurusan ini dilaksanakan di Kampus III UIT, Senin, 8 April.

Pada pembukaan, Dr Fuad Nashori memaparkan tentang pentingnya kata maaf. "Yang paling penting, memaafkan itu menguntungkan kita, sementara tidak memaafkan itu merugikan diri kita sendiri. Contohnya bisa berdambak dengan tubuh yaitu mudah terkenan penyakit jantung dan tekanan darah," ujar Fuad Nashori di depan para gabungan mahasiswa ini.

Kegiatan yang bertajuk "Pengembangan Karakter Bangsa" ini dinarasumberi oleh dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Dr Fuad Nashori SPsi MSi yang ditemani Dekan Fakultas Psikologi UIT sendiri Andi Tadjuddin SPsi MSi MKes.

Tema "Pengembangan Karakter Bangsa" yang diusung Fakultas Psikologi beserta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIT ini mempunyai arti tersendiri di mata dekan Fakultas Psikologi UIT, Andi Tadjuddin SPsi MSi MKes. "Saya beserta BEM sengaja mengambil tema seperti ini dikarenakan Psikologi ini bisa menambah wawasan mengenai pemahaman karakter bangsa, yang bisa didasari atau dimulai dengan kata maaf sehingga dapat mencerahkan para mahasiswa atau orang-orang yang mengetahui pentingnya kata maaf tersebut," ujar Dosen yang akrab disapa Pak Andi ini.

Sebelum mengakhiri kuliah umum, Fuad Nashori berpesan bahwa umat manusia harus lebih tahu dan belajar memaafkan, sehingga emosi yang tadinya negatif bisa menjadi positif. (ari)

Minggu, 07 April 2013

Hobi Berbuah Prestasi

BUAH jatuh tidak jauh dari pohonnya, pepatah ini sepertinya cocok untuk Budiman Mansyur. Mampu mencerminkan prestasi yang dicapai oleh Budiman. Berawal dari kesenangannya terhadap olahraga, terus dan tumbuh hingga menggemari olahraga softball dan mencetak berbagai prestasi.

Awalnya, Budiman belum tahu bermain softball, tapi karena kecintaannya terhadap olahraga membuatnya ikut bergabung dengan ekskul softball saat dia masih sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kecintaannya dengan olahraga softball kemudian berlanjut ke kampus.

"Awalnya, saya bergabung di ekskul softball di sekolah saya, SMAN 3 Makassar dan lama kelamaan menjadi hobi dan sekarang sudah menjadi bagian dari aktivitasku," kata pria kelahiran Oktober 1992 ini.

Kuliah di Universitas Hasanuddin tidak menyurutkan niat Budiman untuk mempelajari Softball. Awalnya Budiman mengaku tidak pernah mendapat restu dari orang tuanya untuk bermain olahraga yang serupa dengan bisbol ini. Namun, karena tekad yang kuat dia kemudian bergabung dengan UKM Softball Universitas Hasanuddin.

"Awalnya sih orang tua tidak mendukung tapi setelah melihat beberapa prestasiku akhirnya saya didukung penuh," imbuhnya.

Mahasiswa Unhas jurusan Teknik Mesin ini menjelaskan bahwa usahanya selama ini berbuah manis berkat kerja keras dan kedisiplinannya yang tinggi. Sejumlah deretan prestasi dari pertandingan softball sudah ditorehkan selama bergabung di UKM Softball.

"Semuanya itu harus diawali dengan kerja keras dan kedisiplinan yang besar. Sama halnya dengan bersekolah, jika kita disiplin ke sekolah tiap hari, lama-lama akan menjadi bagian dari aktivitas dan hobimu," tutupnya. (ari)

BIODATA
Nama Lengkap    : Budiman Mansyur
TTL        : Makassar, 2 Oktober 1992
Orang Tua
Ayah        : H. Mansyur Halim, SE (Wiraswasta)
Ibu        : Hj. Darma Sanduh (Ibu Rumah Tangga)
Alamat        : Jln. Muh. Tahir BTN Kumala Permai Blok K6
Jurusan        : Teknik Mesin (Prodi Industri) Unhas

Prestasi Bersama Tim
Kejurnas Junior di Jakarta 2010
Juara 3 Unhas Cup III 2011
Juara 1 N33UQ Tournament Open 2012
Juara 1 Air Trans Cup 2012
Juara 1 Kejurnas Junior se-Indonesia di Manado 2012
Juara 2 Dees Knight Tournament di Manado 2013

Prestasi Pribadi
Lolos seleksi sebagai pemain inti Pra Pon Sulsel 2012



Mahasiswa Unhas Raih Penghargaan di China

MAKASSAR, FAJAR -- Lima mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ikut dalam Asian International Model United Nations (AIMUN) 2013 di China. Simulasi sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini diadakan oleh Peking University, Beijing selama empat hari, yakni dari 28 hingga 31 Maret lalu.

Sebanyak 69 Peserta mewakili negara yang ikut dalam simulasi tersebut. Sebut saja dari China, Pakistan, Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, Mesir, Inggris, Korea Selatan, Rusia, Bangladesh, Jerman dan beberapa negara lainnya. Dari perwakilan Indonesia ada dua Universitas yakni Universitas Hasanuddin dan Universitas Dipenogoro.

"Mumpung saya dan teman-teman lagi berada di China untuk program beasiswa dan memang kami juga sudah membuat plan untuk ikut berpartisipasi dalam simulasi ini," ungkap Biondi Sanda Sima, mahasiswa Unhas jurusan Hubungan Internasional (HI).

Biondi yang mewakili Israel dalam komite UNICEF (United Nations Children’s Fund) berhasil meraih The Best Delegate Award. Sedangkan Sitti Marwah, mahasiswi Unhas jurusan HI yang mewakili Belgia dalam komite UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), menjadi The Best Position Paper bersama Vivi, mahasiswa Universitas Dipenogoro (Undip) Semarang.

Tiga lainnya yakni Putriasih Santoso, mahasiswi Unhas Jurusan HI yang mewakili Norwegia dalam komite UNEP (United Nations Environmental Programme), Nely Fadrianis Arafah dan Vika Mayasari Tana, mahasiswi Unhas jurusan HI yang mewakili Afghanistan dalam Sidang Umum PBB (General Assembly) pada Sidang Simulasi PBB tersebut. (ari)

Baik Hati dan Perhatian

 SETIAP mahasiswa pasti punya dosen yang diidolakan. Biasanya karena sang dosen itu baik hati dan akrab dengan mahasiswa. Ada juga dosen diidolakan karena tidak pelit memberi nilai serta penyabar dalam menghadapi mahasiswanya.

Salah satu mahasiswa yang mengaku punya dosen idola adalah Fenny Santhi Karoma. Mahasiswi Unhas jurusan Sastra Inggris ini, mengaku kalau dia punya dosen yang dibanggakan alias dosen idola. Alasan Fenny, sapaan karibnya, mengidolakan dosennya itu karena selain baik, juga tidak cuek dengan mahasiswa. Bagi saya, itu yang utama.

"Dosen idola ya? Iya, saya mengidolakan salah satu dosen saya. Saya mengidolakannya itu karena dia baik dan perhatian dengan mahasiswanya,” ujar Puteri Indonesia Sulbar 2012 ini.

Cewek yang dinobatkan sebagai Puteri Favorit Kepulauan Sulawesi 2013 ini menambahkan, kriteria dosen yang dia idolakan itu, yakni dosen yang tidak suka menyulitkan mahasiswa dan tidak pelit memberi nilai serta cara membawakan materinya mudah dimengerti.

"Jelasnya bersahabat sama mahasiswa. Tidak suka menyusahkan serta cara mengajarkan bagus, tidak pelit beri nilai, dan sering berinteraksi dengan mahasiswa,” imbuh dara kelahiran Kendari, 23 September 1992 yang hobi menyanyi dan menari ini. (ari)


Mahasiswa Bayaran VS Peranan Mahasiswa

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

MAHASISWA bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dengan aksi demonstrasi. Demonstrasi pada dasarnya adalah hak untuk menyuarakan aspirasi (freedom of speech). Namun, biasanya yang marak terjadi dalam aksi demonstrasi sekarang ini yakni mahasiswa/aktivis bayaran atau demonstrasi bayaran.

Penyampaian aspirasi haruslah benar-benar dari rakyat banyak, dari suara-suara yang menunjukkan keprihatinan atas kepastian dan jaminan hukum untuk rakyat. Tanpa ada intervensi dari oknum-oknum tertentu yang berusaha mengambil keuntungan dari berjalannya hukum itu sendiri.

Jika kita perhatikan dari demo-demo yang berkembang, kita bisa telusuri dari mana para pendemo ini dan akan mengaspirasikan apa? Dan apakah ini demonstrasi bayaran atau betul-betul menyuarakan hak rakyat. Bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Matra Perkasa, mahasiswa yang seperti itu sudah menyimpang dari peranan mahasiswa yang sebenarnya.

"Pada dasarnya, mahasiswa adalah kaum intelektual muda yang selalu saja bisa menampar para pemangku jabatan yang terlena dengan kekuasaannya. Jadi menurut saya, mahasiswa bayaran atau mahasiswa yang suka menjalankan demonstrasi bayaran itu, juga terlena dengan apa yang dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu dan mengabaikan tugas mahasiswa yang seharusnya," urai mahasiswa jurusan Demsain Komunikasi Visual (DKV) ini.

Tak jauh berbeda dengan tanggapan Ananda Amalia Rusfa. Menurut mahasiswi Universitas Hasanuddin jurusan Administrasi Negara ini, hal itu sangat disayangkan karena biasanya yang jadi sasaran untuk ikut demonstrasi bayaran itu adalah junior-junior atau mahasiswa baru yang dipaksa oleh seniornya.

"Itu sangat salah sekali dan sangat disayangkan sekali. Karena, mahasiswa baru yang tidak tau apa-apa biasanya jadi sasaran untuk ikut turun ke jalan karena dipaksa oleh seniornya ikut demonstrasi bayaran tersebut," ungkap cewek kelahiran Makassar, 15 Desember 1992 ini.

Adil Patawai Anar, menganggap mahasiswa bayaran itu sebagai sampah pergerakan. Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini berpendapat kalau mahasiswa seperti itu pemikirannya telah dikotori oleh budaya-budaya pragmati dan menganggap uang adalah kebenaran.

"Saya menyebut mahasiswa bayaran itu sebagai pelacur pergerakan. Karena uang mereka rela menjual idealisme mereka demi sebuah kepentingan tanpa mau tau esesnsi sebuah persoalan. Seharusnya mahasiswa itu demonstrasi karena hati nurani dan suara rakyat, bukan karena uang," tutur cowok yang menjabat sebagai bendahara di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMIKOM) UMI ini. (ari)

Senin, 01 April 2013

Lomba Modeling dan Dance Cilik

MAKASSAR, FAJAR -- E-QUADRAT Project akan menggelar Pemilihan Gaya Batik, Lomba Dance Cilik dan Kontes Foto "Aku dan Topiku". Kegiatan yang dilaksanakan dalam menyambut hari Kartini ini digelar di TB Karisma-Panakkukang Square,  Minggu, 14 April mendatang.

Ada beberapa item lomba yang akan meramaikan kegiatan ini seperti modeling, foto model dan lomba dance cilik. Serta beberapa pemilihan seperti Gaya Casual dan Gaya Pesta.

Untuk kategori masing-masing lomba yaitu Pemilihan Gaya Batik, Gaya Casual dan Gaya Pesta (Batita-Balita 5 tahun ke bawah, Cilik A 6-8 tahun, Cilik B 9-12 tahun, Remaja Putra/Putri 13-22 tahun). Dan untuk lomba Dance Cilik (Pra/TK dan SD), Kontes Foto "Aku dan Topiku" (Cilik dan Remaja).

"Animo anak-anak dan remaja Sulsel serta banyaknya permintaan, maka kami gelarlah acara ini dengan tujuan menyalurkan bakat mereka di dunia entertainment. Pada acara ini juga akan kami hadirkan bintang tamu yaitu Fildzah (10 Besar Miss Indonesia), dan Penobatan Award 5 Pemenang Duta Seni dan Budaya Nasional 2013 (Arif, Nanda, Indah, Kinanti dan Tiara)," tutur Edy Syachrir, Project Official dari E-Quadrat Project.

Khusus untuk lomba dance cilik akan dinilai per-orang, bukan secara grup. Sedangkan untuk Kontes Foto "Aku dan Topiku", peserta hanya mengumpulkan fotonya sesuai tema yang telah dicetak. (ari)

Pemilihan Duta Pariwisata di GTC

MAKASSAR, FAJAR -- Ergas Entertainment bekerja sama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar menyelenggarakan Pemilihan Dara dan Daeng yang dirangkaikan Penyerahan Award XXVI 2013. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu, 13-14 April di main hall GTC Tanjung Bunga.

"Jadi, 13 April itu merupakan Grand Final tingkat dewasa (SMA, mahasiswa, umum) dan para pemenangnya akan mewakili Kota Makassar di ajang pemilihan dara dan daeng tingkat Sulsel. Sedangkan pada 14 April adalah pemilihan dara dan daeng cilik (SD) & Remaja (SMP). Pemenangnya juga mewakili Sulsel pada Pemilihan Duta Pariwisata Nasional Cilik & Remaja di Jakarta," ungkap Usman, perwakilan Ergas Entertainment saat berkunjung di redaksi Harian Fajar, Rabu, 27 Maret.

Kegiatan ini memang sudah menjadi agenda tahunan dari Ergas Entertainment dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar. Selain mencari duta-duta wisata untuk mewakili Sulsel di tingkat nasional, kegiatan ini juga ditujukan untuk melestarikan seni budaya daerah.

Persyaratan peserta dalam kegiatan ini yakni, putra/putri SD, SMP, SMA, mahasiswa dan umum, membayar biaya pendaftaran per kategori, menyetor foto close-up 4 R (1 lembar).

Pendaftaran telah dibuka pada 1 Maret lalu dan akan ditutup pada 9 April mendatang. Setelah itu, peserta diwajibkan untuk ikut technical meeting pada Rabu, 10 April pukul 15.00 Wita di Main Hall GTC Tanjung Bunga. Pengembalian formulir tersebut bertempat di Ergas Salon dan Entertainment di Jalan Langgau Nomor 31 Makassar. (ari)

Model Cilik Sulsel tak Mengecewakan

LIMA model cilik binaan E-Quadrat Project berhasil membawa harum nama Sulsel dalam ajang “Pemilihan Duta Seni dan Budaya Indonesia” tingkat Nasional. Ajang ini digelar di Jakarta pertengahan Maret lalu.

Kelima model cilik asal Makassar ini berhasil menyingkirkan rival-rival sesama finalis dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Pekanbaru, Bangka Belitung, Palembang dan daerah lainnya. Sebelumnya, para model cilik ini juga menunjukkan bakat lainnya seperti menyanyi, dance dan foto model di depan para Talent Hunt.

"Saya tidak menyangka ternyata model-model cilik dari Makassar ini bisa bersaing di level Nasional dan membuktikan kualitasnya. Bagi saya, itu merupakan suatu kebanggaan," ungkap Edy Syachrir, perwakilan dari E-Quadrat Project saat berkunjung di redaksi Harian Fajar, Selasa, 26 Maret.

Model-model cilik tersebut yakni Muhammad Arif Hidayat (Juara The King), Ananda Putri A (Juara The Queen), Mutiara Qanita Sajidah (Juara Best of The Best), Kinanti Adela Ramadhani Ikram (Juara Duta Seni & Budaya) dan Indah Nabila Pratiwi Dinanti (Juara Umum). Itu diraih setelah melewati beberapa tahap seleksi yang ketat dan panjang, mulai dari seleksi lokal di Sulsel hingga memasuki tahap Grand Final di Jakarta.

Pada Kesempatan ini, para orang tua dan pemenang asal Sulsel diundang oleh penanggung jawab acara Dahsyat yaitu Opa. Mereka diundang berkunjung dan melihat langsung proses syuting serta menjadi tamu di acara Reality Music yang ditayangkan live di salah satu TV swasta yakni RCTI. (ari)


Nagazaki, Band Indie asal Makassar Eksis di Pensi Sekolah Hingga Pengisi Acara

Perkumpulan anak muda tak selamanya negatif, ini dibuktikan band Nagazaki. Berawal dari kebiasaan "nonkrong" bersama, akhirnya band Nagazaki menjadi band yang diperhitungkan di Kota Daeng saat ini.

Satu lagi band Indie yang tak kalah tenarnya di Kota Anging Mammiri. Adalah Nagazaki yang terbentuk sejak tahun 2007 lalu. Beranggotakan enam personil ada Abady (vokal), Ipoel (Bassis), Leuwy (gitaris), Ari (drummer), Imman (gitaris) dan Marleyn Brigitta Putri (vokal).

Sang Vokalis, Marleyn membeberkan keseringan berkumpul menjadikannya ia satu misi dalam bermusik. Ia tak menampik dari awal berdiri Nagazaki dimulai dari acara pentas seni (Pensi). "Kami dulunya sering dapat undangan untuk tampil disekolah-sekolah, dari situlah band kami mulai dikenal," bebernya kepada FAJAR, Jumat 15 Maret.

Dengan aliran musik "pop alternatif" yang dilakoninya, mereka berhasil tampil berbeda dari band indie lainnya. Nagazaki yang dulunya kumpulan anak muda dari sekolah yang berbeda akhirnya membentuk sebuah band yang diambil dari sebuah kota di Jepang yang bernama Nagazaki.

Kemampuan vokal yang dimiliki oleh Abady dan Marleyn menjadikan band yang terbentuk tepat 27 Juli 2007 ini layak diperhitungkan kualitasnya. Mereka mampu terpilih sebagai band pengisi di berbagai acara besar di kota Makassar, salah satunya pernah menjadi bintang utama perhelatan pergantian tahun 2013 di sebuah hotel ternama Makassar.

Di level festival, Band ini tergolong sangat berprestasi, buktinya Nagazaki pernah menduduki posisi lima besar Makassar Indie Live Performance (Mild) pada 2009 lalu. Mereka juga berhasil menelurkan dua lagu yang bertajuk "Kaulah Wanita" dan "Cinta Yang Tersakiti". Dari album tersebut, Nagazaki yakin mampu mempertahankan kiprahnya hingga ke kancah nasional.

Ari, sang drummer menambahkan band indie Makassar diharapkan bisa menjadi band yang tenar setara dengan band nasional lainnya. "Anak muda Makassar juga kreatif, setidaknya melalui band indie mereka bisa menyalurkan bakat bermusik," pungkasnya.

Perjuangkan Suara Rakyat, Bukan Bayaran!

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

Mahasiswa bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dengan aksi demonstrasi. Demonstrasi pada dasarnya adalah hak menyuarakan aspirasi (freedom of speech). Namun, belakangan ini berkembang isu akan adanya demo bayaran. Benarkah demikian?

Idealnya penyampaian aspirasi haruslah benar-benar menyuarakan suara rakyat. Suara-suara yang menunjukkan keprihatinan atas kepastian dan jaminan hukum untuk rakyat. Tanpa ada intervensi dari oknum-oknum tertentu yang berusaha mengambil keuntungan dari berjalannya hukum.

Jika kita perhatikan dari demo-demo yang berkembang, kita bisa telusuri dari mana para pendemo ini dan akan mengaspirasikan apa? Dan apakah ini demonstrasi bayaran atau betul-betul menyuarakan hak rakyat?
Bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Matra Perkasa, jika ada demonstran seperti itu, sudah menyimpang dari peranan mahasiswa yang sebenarnya.

"Pada dasarnya, mahasiswa adalah kaum intelektual muda yang selalu saja “menampar” para pemangku jabatan yang terlena atau menyimpang dari kekuasaannya. Mahasiswa bayaran atau mahasiswa yang suka menjalankan demonstrasi bayaran itu, juga terlena dengan apa yang dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu dan mengabaikan tugas mahasiswa yang seharusnya," urai mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) ini.

Hal senada disampaikan Ananda Amalia Rusfa. Menurut mahasiswi Unhas jurusan Administrasi Negara ini, sangat disayangkan  jika ada demo seperti itu. Apalagi, biasanya yang jadi sasaran ikut demonstrasi itu adalah junior-junior atau mahasiswa baru yang dipaksa oleh seniornya. Padahal mereka (junior, red) tak tahu apa-apa.

"Itu sangat salah sekali dan sangat disayangkan. Karena, mahasiswa baru yang tidak tahu apa-apa biasanya jadi sasaran untuk ikut turun ke jalan karena dipaksa seniornya ikut demonstrasi,” ungkap cewek kelahiran Makassar, 15 Desember 1992 ini.

Berbeda, Adil Patawai Anar, menganggap mahasiswa bayaran itu sebagai sampah pergerakan. Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini berpendapat, kalau ada mahasiswa seperti itu pemikirannya telah dikotori oleh budaya-budaya pragmatis dan menganggap uang adalah kebenaran.

"Saya menyebut mahasiswa bayaran itu sebagai pelacur pergerakan. Karena uang mereka rela menjual idealisme demi sebuah kepentingan tanpa mau tahu esensi sebuah persoalan. Seharusnya mahasiswa itu demonstrasi karena hati nurani dan suara rakyat, bukan karena uang," tutur cowok yang menjabat sebagai bendahara di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMIKOM) UMI ini. (*)

Tri Dharma PT Harus Ditegakkan

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

IDEALNYA "masyarakat" kampus berpegang teguh pada Tri Dharma Perguruan Tinggi secara utuh. Apalagi telah didukung Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Dengan demikian, perguruan tinggi tidak boleh lagi membeda-bedakan antara bidang pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Ketiga pilar itu harus dikembangkan, ditumbuhkan serta ditegakkan.

Lantas bagaimana tanggapan mahasiswa Makassar terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi? Apakah sudah berjalan dengan baik?

Di mata Hidayat Akbar, mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Tri Dharma Perguruan Tinggi, tak sekadar slogan tapi kewajiban yang harus dilaksanakan. "Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian adalah satu kesatuan yang harus dikombinasikan secara faktual dalam kehidupan masyarakat kampus," urai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi ini.

Bagi Dayat, sapaan akrab mahasiswa ini, makna Tri Dharma Perguruan Tinggi, sangatlah dalam dan mendasar. "Karena mahasiswa sebagai subjek yaitu ujung tombak masyarakat sekaligus pemuda yang seharusnya memiliki karakter idealisme yang bagus," tambah pria kelahiran Makassar, 30 Juni 1992 ini.

Muh Almaliki, mahasiswa Universitas Fajar,  juga berkomentar mengenai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Baginya, kandungan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak bisa dipisah-pisahkan dan harus jalan beriringan.

"Menurut saya, Tri Dharma Perguruan Tinggi itu adalah hal yang mutlak diperjuangkan civitas akademika. Hanya saja, terkadang pihak-pihak perguruan tinggi tidak melaksanakannya dengan baik. Contohnya, dipersulitnya mahasiswa kurang mampu mengenyam pendidikan yang layak," tutur mahasiswa jurusan Sastra Inggris ini.

Tanggapan lainnya datang dari Ririn Apriyanti Amin. Mahasiswi jurusan Ekonomi Manajemen UMI Makassar ini mengatakan,
Tri Dharma Perguruan Tinggi memang harus dilaksanakan. Tak bisa, kata dia, hanya satu item saja yang menonjol.    

Itulah tadi tanggapan beberapa mahasiswa terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harapan mereka, Tri Dharma Perguruan Tinggi atau tiga kewajiban perguruan tinggi harus dijalankan dengan baik. Apalagi, ketiga faktor ini erat hubungannya, sebab penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.

Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian hendaknya diterapkan melalui pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (*)

Pengalaman Berharga yang Menyulitkan

ASISTENSI adalah kegiatan perkuliahan yang dilaksanakan di luar jadwal perkuliahan dan dibimbing oleh asisten dosen. Pada pelaksanaan asistensi ini, dapat dilakukan penilaian oleh asisten dan hasilnya dilaporkan kepada dosen pengajar mata kuliah yang sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan nilai akhir.

Asistensi ini hanya berlaku untuk mata kuliah-mata kuliah teori. Nah, ada beberapa mahasiswa yang merasa asistensi itu menyiksa. Ada pula mahasiswa yang menganggap asistensi itu menyenangkan atau biasa-biasa saja.

Kira-kira, bagaimana tanggapan Andi July Sumange mengenai asistensi tersebut. Bagi mahasiswi STMIK Dipanegara ini, ada beberapa hal yang paling dia tidak sukai dari asistensi. Seperti, saat dia sedang libur perkuliahan tapi harus ke kampus demi memenuhi program yang telah ditentukan.

"Mendengar kata asistensi, ada beberapa hal yang yang paling saya tidak suka. Itu adalah, ketika saya asistensi terus asisten dosennya itu susah untuk ditemui dan susah juga dihubungi. Apalagi kalau jadwal asistensinya pas saya lagi libur kuliah. Itu kadang membuat saya jadi geram," ungkap mahasiswi jurusan Sistem Informasi ini.

Akan tetapi, asistensi itu sangatlah bermanfaat. Dalam hal ini mahasiswa dalam perkuliahan dituntut tidak hanya mendapatkan input atau teori-teori, akan tetapi juga dapat berlatih mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan.    

"Tapi sebenarnya asistensi itu juga bagi kami bermanfaat. Karena, materi-materi atau teori-teori yang kita dapatkan dalam perkuliahan itu bisa diaplikasikan atau kita praktikkan. Jadinya secara tidak langsung kita mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang berharga," jelas dara kelahiran Makassar, 9 Juli 1989 ini. (ari)

Mahasiswa "Kura-kura" Memang Nyata

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

SEORANG mahasiswa akan memeroleh nilai tambah jika tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif berorganisasi. Mengapa dikatakan nilai tambah? Karena dengan berorganisasi, ia bakal terbiasa bekerja sama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management).

Di masa depan, skill tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja atau dunia yang sebenarnya. Tetapi kadang seorang mahasiswa menemui kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Ada beberapa mahasiswa yang bisa dikatakan mahasiswa "kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat). Ada juga mahasiswa yang menomorsatukan organisasi atau gila organisasi.

"Menurut saya, semua itu akan bermanfaat apabila organisasi dan perkuliahan bisa seimbang tanpa harus merugikan kepentingan yang lain seperti perkuliahan. Bersikap loyal-lah terhadap organisasi dan perkuliahan karena orang yang loyal terhadap organisasi dan perkuliahan itu adalah orang yang selalu berpikir bagaimana organisasi bisa hidup karena dia. Bukan dia hidup karena organisasi," ungkap Ader Riansyah, mahasiswa Universitas 45 Makassar Jurusan Akuntansi.

Hanter, sapaan akrabnya, menambahkan, pengetahuan dan pengalaman dalam berorganisasi itu sangatlah penting. Tetapi ilmu dari perkuliahan juga tak kalah pentingnya. Jadi seimbangkanlah antara kuliah dan organisasi.

"Jangan jadi mahasiswa yang gila organisasi, akan tetapi jadilah mahasiswa yang loyal terhadap organisasi dan perkuliahan. Karena, ilmu dalam beroganisasi dibutuhkan bukan pada saat berstatuskan mahasiswa saja, tetapi dibutuhkan dalam kehidupan sosial dan sebenarnya. Begitupun dengan ilmu dalam perkuliahan, sangat penting dan berguna," sambung mantan ketua umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas 45 ini.

Kita semua tahu, bahwa organisasi itu merupakan suatu tempat atau wadah di mana mahasiswa bisa meluangkan, menyalurkan dan mengembangkan bakat-bakat dan kreativitasnya. Dari organisasi pula mahasiswa bisa membentuk jati diri dan belajar memiliki jiwa kepemimpinan serta berinteraksi dalam masyarakat umum.

"Menurutku sah-sah saja asalkan organisasi yang diiikuti jelas arahnya, tujuan dan organisasinya dapat memberikan kontribusi positif. Paling penting tidak mengganggu perkuliahan,” ujar Muhammad Husni, mahasiswa Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar jurusan Administrasi Perhotelan.

Tri Yulianti, mahasiswi Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas Psikologi berpendapat, sah-sah saja mahasiswa kura-kura asalkan tidak mengganggu perkuliahan dan membuat nilai mata kuliah berantakan. Tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa seperti itu memang ada.

"Saya beranggapan kalau mahasiswa yang seperti itu tergolong mahasiswa yang terlalu mengedepankan organisasinya dan menomorduakan masalah perkuliahannya. Dan setiap kampus, bahkan jurusan pasti ada mahasiswa aktivis yang seperti itu. Tapi selama hal itu tidak mengganggu kuliah dan membuat nilai menurun, bagi saya itu wajar saja,” tutur dara kelahiran Palu, 17 Juli 1994 ini. (*)

Sangat Disayangkan

GELAR akademik diterima oleh seseorang sebagai tanda telah selesainya masa pendidikan tinggi formal dalam strata tertentu. Untuk memeroleh gelar dan ijazah menurut ketentuan dalam sistem pendidikan, seseorang harus mengikuti serangkaian kegiatan akademik dalam bentuk perkuliahan, menyelesaikan tugas secara terstruktur baik secara individual maupun kelompok, melakukan kegiatan praktikum serta menyusun-mempertahankan dalam ujian dan dinyatakan lulus ujian skripsi (S1), tesis (S2), dan disertasi (S3).

Namun, akhir-akhir ini komunitas masyarakat akademik, tokoh pendidikan, bahkan masyarakat pada umumnya dikagetkan oleh penyimpangan, bahkan praktik jual-beli gelar akademik.

Menurut salah satu mahasiswi Universitas Indonesia Timur (UIT), Fatmawati, praktik beli gelar atau ijazah tersebut sudah lazim di kalangan akademika maupun masyarakat umum. Hal itu terjadi karena longgarnya pengawasan serta tidak tegasnya sanksi bagi pelakunya.

"Menurut saya sih, membeli gelar atau ijazah itu sudah bukan rahasia lagi. Banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya sementara dia juga menginginkan sebuah gelar. Jadi dengan kemampuan keuangan mereka mencari bagaimana cara mendapatkan gelar akademik, salah satunya ya, membeli gelar," ujar mahasiswi jurusan Ekonomi Manajemen ini.

Hal itu sangat disayangkan oleh mahasiswi angkatan 2010 ini. Baginya, membeli gelar itu merupakan kesalahan besar. "Itu sangat disayangkan. Yang kita butuhkan bukan hanya gelar akademik, tapi ilmunya," tutupnya. (ari)


Ada Cinta dalam Satu Organisasi

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

Organisasi merupakan sebuah tempat atau wadah dimana kita bisa belajar berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dan dapatkan dalam dunia organisasi dan tidak kita dapatkan di bangku kuliah.

Selain pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan dari organisasi tersebut, tidak sedikit juga mahasiswa mendapatkan pasangan dari organisasinya. Ada cinta dalam satu organisasi? Nah, kira-kira bagaimana menurut sobat SKeMa mengenai hal itu.

Andi Muhammad Sofyan Assaury, mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, turut berkomentar. Menurut mahasiswa jurusan Akuntansi ini, ada cinta dalam satu organisasi itu hal yang wajar-wajar saja. Asalkan tidak mengganggu jalannya organisasi.

"Yah kalau menurut saya, ada cinta dalam satu organisasi itu wajar-wajar saja lah. Tetapi, jangan sampai hal itu menghambat atau menghalangi jalannya organisasi," ujar cowok kelahiran Makassar, 23 Juli 1993 ini.

Hal selaras disampaikan oleh Dwi Rachmawati. Mahasiswi STMIK Dipanegara jurusan Sistem Informasi ini berpendapat bahwa cinta yang timbul dalam organisasi itu hal yang wajar.

"Rasa suka atau cinta itu bisa datang dari kalangan mana saja, termasuk dalam dunia organisasi," tutur mahasiswi yang hobi motret ini.

Sebenarnya, ada cinta dalam satu organisasi itu memang hal wajar. Selama hal itu tidak mengganggu internal organisasi tersebut dan kita masih bisa membedakan antara kepentingan organisasi dengan kepentingan pribadi.

"Pendapatku sih, sangat wajar. Yang namanya urusan seperti itu kan tidak ada yang berhak melarang. Hanya saja orang yang terlibat hal seperti itu harus pandai membedakan urusan pribadi dan urusan organisasi, istilahnya profesional gitu," ungkap Chaerunnisa, mahasiswi Universitas Fajar (Unifa) jurusan Hubungan Internasional (HI).

Thias Serang, mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus Makassar ini juga menambahkan, kalau hal itu wajar. Tapi yang paling penting, orang itu profesional.

"Bagi saya sih, itu hal yang wajar-ajar saja, karena itu masalah pribadi orang. Asalkan, suatu saat kalau kamu sudah tidak berhubungan dengan orang itu (putus hubungan), jangan hindari orang dan organisasi tersebut. Profesional lah," ucap mahasiswa jurusan Ilmu Hukum ini. (*)

Santun dan Tidak Mengganggu

Demonstrasi adalah salah satu bentuk aspirasi kepada suatu instansi atas kebijakan yang telah dikeluarkan. Demonstrasi adalah langkah terakhir yang diambil jika langkah-langkah sebelumnya menemui jalan buntu.

Mengenai demonstrasi ini, memang terjadi pro- kontra baik di masyarakat maupun di kalangan mahasiswa itu sendiri. Ada yang menganggap bahwa demonstrasi itu tidak baik dilakukan karena mengganggu ketertiban umum. Akan tetapi ada juga menganggap perbuatan mulia karena memperjuangkan kepentingan rakyat.

Kira-kira, bagaimana demonstrasi di mata mahasiswa itu sendiri? Fisma Ayu Aziz, mahasiswi UMI Makassar beranggapan, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa biasanya berakhir ricuh. Paling banyak bentrok dengan petugas keamanan.

"Dalam kericuhan itulah tidak diketahui siapa yang memulia dan biasanya menelan korban," ucap Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi ini.

Ayu, sapaan karibnya, menambahkan, sebenarnya tidak ada salahnya melaksanakan demonstrasi, cuman terkadang aksi demo tidak mengindahkan kepentingan publik.  

"Nggak ada yang melarang demo, itu sah-sah saja. Memunculkan masalah ke publik atau mengutarakan aspirasi itu tidak harus dengan kekerasan dan melupakan kesantunan. Indahkanlah dan usahakan agar demonstrasi itu tidak mengganggu orang lain atau pengguna jalan," tutup dara kelahiran Makassar, 5 November 1993 ini. (ari)

Mau ke Kampus atau Mal?

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

Dandanan bak selebritis, aksesoris berlebihan, serta memakai high heels atau wedges seakan menjadi pemandangan yang sudah lazim di kampus. Kebanyakan mahasiswi zaman sekarang itu ke kampus tetapi berpenampilan layaknya lagi hangout di mal.

Memang, pada dasarnya cewek itu dituntut selalu kelihatan cantik dan memikat, tapi kamu juga harus bisa menyesuaikan tempat yang akan kamu datangi dengan penampilan kamu.

Seperti halnya yang diungkapkan Zulkifli Tryputra. Mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang ini mengatakan,  kalau bergaya itu yang sewajarnya. "Kalau bergaya itu sesuai dengan yang seharusnya, karena kampus itu wilayah akademik," ujar mahasiswa jurusan Akuntansi ini.

Alumni SMAN 1 Palopo ini juga menjelaskan bahwa kalau masalah fashion itu nggak dibatasi. "Bagi saya, kalau di wilayah fashion, nggak ada masalah. Cuman kan yang perlu diperhatikan adalah lingkungan atau tempatnya yang kita datangi," jelas cowok kelahiran Palopo, 25 Juni 1992 ini.

Hal senada disampaikan Indri Puspitasari. Menurut mahasiswi Universitas Fajar (Unifa) Fakultas Ilmu Sosial jurusan Sastra Inggris ini, kalau ke kampus itu kita harus berpakaian yang rapi dan sopan.

"Menurut saya, itu (berpenampilan) tidak boleh terlalu berlebihan, kampus kan tempat belajar. Jadi berpakaian yang sewajarnyalah, rapi dan sopan. Sesuaikanlah dengan tempatnya karena yang kita hadapi itu adalah dosen bukan pacar kamu. Setidaknya pakai kemeja atau model baju lain yang tidak terlalu mencolok," tutur mahasiswi angkatan 2010 ini.

Mengenai masalah berpakaian ke kampus, Arham Alqadri, mahasiswa Universitas Negeri Makassar Fakultas Ilmu Sosial ini juga punya pendapat. Menurutnya, kalau orang yang ke kampus itu dengan penampilan yang berlebihan itu biasanya karena ingin jadi pusat perhatian.

"Kalau bukan itu, biasanya dia mau dibilang cantik aja. Atau mungkin orang itu memang nggak tau bergaya kali yah," beber mahasiswa jurusan PPKn ini.

Syahputry Suci Rahmadani, juga ikut buka mulut soal penampilan ke kampus. Menurut mahasiswa STIEM Bongaya Faklutas Ekonomi jurusan Akuntansi ini, berpenampilan ke kampus itu nggak usah terlalu berlebihan. Yah, simple tapi good looking.

"Kalau bagi saya sih, bergaya ke kampus itu nggak usah terlalu berlebihan. Mungkin ada beberapa orang yang kurang percaya diri jadi dia bergaya tapi gayanya itu berlebihan. Kalau saya sih, be your self sajalah. Yah, kalau pun mau bergaya, bergaya yang sederhana saja tapi terlihat modis dan enak dipandang," ucap dara kelahiran Makassar, 3 Maret 1994 ini. (*)

Organisasi sebagai Penunjang Karier

UMUMNYA orang beranggapan bahwa mahasiswa adalah orang yang cerdas, berpendiddikan, dan mempunyai pola pikir lebih maju. Itu betul adanya jika kita mau menjalaninya dengan baik. Menjalankan kewajiban kita sebagai mahasiswa dengan semestinya.

Menjadi mahasiswa jangan hanya sebatas mahasiswa biasa. Kita harus mengikuti arus pergaulan kampus, tentunya pergaulan yang memberikan nilai positif bagi perkuliahan kita. Nah, bagaimana dengan teman kita yang hanya kuliah lalu pulang ke rumah atau yang biasa disebut "Kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang)?" Tanpa berorganisasi, ikut kajian atau sharing bersama teman kampus.

Menurut Wachyudi Muchsin, Project Officer Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM), berorganisasi sangat menunjang karier atau masa depan seseorang mahasiswa. Karena banyaknya pengalaman serta pengetahuan positif yang bisa didapatkan.

"Seharusnya mahasiswa itu dinamis. Organisasi bagi mahasiswa sangatlah penting karena banyak hal yang kamu dapatkan dari organisasi yang tidak kamu dapatkan dari perkuliahan," ujarnya, Senin, 18 Maret.

Dia juga menjelaskan bahwa organisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu di kampus. Dalam berorganisasi juga kita mampu menemukan jati diri kita sesungguhnya sebagai kaum intelektual.

"Organisasi itu bagian dari dunia kampus. Organisasi tak harus kita nomor satukan, tapi itu juga merupakan suatu kebutuhan bagi mahasiswa. Yah, seimbangkanlah antara kuliah dan berorganisasi," tutupnya. (ari/ars)