Minggu, 07 April 2013

Mahasiswa Bayaran VS Peranan Mahasiswa

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

MAHASISWA bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dengan aksi demonstrasi. Demonstrasi pada dasarnya adalah hak untuk menyuarakan aspirasi (freedom of speech). Namun, biasanya yang marak terjadi dalam aksi demonstrasi sekarang ini yakni mahasiswa/aktivis bayaran atau demonstrasi bayaran.

Penyampaian aspirasi haruslah benar-benar dari rakyat banyak, dari suara-suara yang menunjukkan keprihatinan atas kepastian dan jaminan hukum untuk rakyat. Tanpa ada intervensi dari oknum-oknum tertentu yang berusaha mengambil keuntungan dari berjalannya hukum itu sendiri.

Jika kita perhatikan dari demo-demo yang berkembang, kita bisa telusuri dari mana para pendemo ini dan akan mengaspirasikan apa? Dan apakah ini demonstrasi bayaran atau betul-betul menyuarakan hak rakyat. Bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), Matra Perkasa, mahasiswa yang seperti itu sudah menyimpang dari peranan mahasiswa yang sebenarnya.

"Pada dasarnya, mahasiswa adalah kaum intelektual muda yang selalu saja bisa menampar para pemangku jabatan yang terlena dengan kekuasaannya. Jadi menurut saya, mahasiswa bayaran atau mahasiswa yang suka menjalankan demonstrasi bayaran itu, juga terlena dengan apa yang dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu dan mengabaikan tugas mahasiswa yang seharusnya," urai mahasiswa jurusan Demsain Komunikasi Visual (DKV) ini.

Tak jauh berbeda dengan tanggapan Ananda Amalia Rusfa. Menurut mahasiswi Universitas Hasanuddin jurusan Administrasi Negara ini, hal itu sangat disayangkan karena biasanya yang jadi sasaran untuk ikut demonstrasi bayaran itu adalah junior-junior atau mahasiswa baru yang dipaksa oleh seniornya.

"Itu sangat salah sekali dan sangat disayangkan sekali. Karena, mahasiswa baru yang tidak tau apa-apa biasanya jadi sasaran untuk ikut turun ke jalan karena dipaksa oleh seniornya ikut demonstrasi bayaran tersebut," ungkap cewek kelahiran Makassar, 15 Desember 1992 ini.

Adil Patawai Anar, menganggap mahasiswa bayaran itu sebagai sampah pergerakan. Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini berpendapat kalau mahasiswa seperti itu pemikirannya telah dikotori oleh budaya-budaya pragmati dan menganggap uang adalah kebenaran.

"Saya menyebut mahasiswa bayaran itu sebagai pelacur pergerakan. Karena uang mereka rela menjual idealisme mereka demi sebuah kepentingan tanpa mau tau esesnsi sebuah persoalan. Seharusnya mahasiswa itu demonstrasi karena hati nurani dan suara rakyat, bukan karena uang," tutur cowok yang menjabat sebagai bendahara di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMIKOM) UMI ini. (ari)

1 komentar: