Senin, 01 April 2013

Mahasiswa "Kura-kura" Memang Nyata

REPORTER : ARIE APRIADI SAPUTRA
EDITOR : ARSYAD HAKIM

SEORANG mahasiswa akan memeroleh nilai tambah jika tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif berorganisasi. Mengapa dikatakan nilai tambah? Karena dengan berorganisasi, ia bakal terbiasa bekerja sama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management).

Di masa depan, skill tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja atau dunia yang sebenarnya. Tetapi kadang seorang mahasiswa menemui kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Ada beberapa mahasiswa yang bisa dikatakan mahasiswa "kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat). Ada juga mahasiswa yang menomorsatukan organisasi atau gila organisasi.

"Menurut saya, semua itu akan bermanfaat apabila organisasi dan perkuliahan bisa seimbang tanpa harus merugikan kepentingan yang lain seperti perkuliahan. Bersikap loyal-lah terhadap organisasi dan perkuliahan karena orang yang loyal terhadap organisasi dan perkuliahan itu adalah orang yang selalu berpikir bagaimana organisasi bisa hidup karena dia. Bukan dia hidup karena organisasi," ungkap Ader Riansyah, mahasiswa Universitas 45 Makassar Jurusan Akuntansi.

Hanter, sapaan akrabnya, menambahkan, pengetahuan dan pengalaman dalam berorganisasi itu sangatlah penting. Tetapi ilmu dari perkuliahan juga tak kalah pentingnya. Jadi seimbangkanlah antara kuliah dan organisasi.

"Jangan jadi mahasiswa yang gila organisasi, akan tetapi jadilah mahasiswa yang loyal terhadap organisasi dan perkuliahan. Karena, ilmu dalam beroganisasi dibutuhkan bukan pada saat berstatuskan mahasiswa saja, tetapi dibutuhkan dalam kehidupan sosial dan sebenarnya. Begitupun dengan ilmu dalam perkuliahan, sangat penting dan berguna," sambung mantan ketua umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas 45 ini.

Kita semua tahu, bahwa organisasi itu merupakan suatu tempat atau wadah di mana mahasiswa bisa meluangkan, menyalurkan dan mengembangkan bakat-bakat dan kreativitasnya. Dari organisasi pula mahasiswa bisa membentuk jati diri dan belajar memiliki jiwa kepemimpinan serta berinteraksi dalam masyarakat umum.

"Menurutku sah-sah saja asalkan organisasi yang diiikuti jelas arahnya, tujuan dan organisasinya dapat memberikan kontribusi positif. Paling penting tidak mengganggu perkuliahan,” ujar Muhammad Husni, mahasiswa Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar jurusan Administrasi Perhotelan.

Tri Yulianti, mahasiswi Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas Psikologi berpendapat, sah-sah saja mahasiswa kura-kura asalkan tidak mengganggu perkuliahan dan membuat nilai mata kuliah berantakan. Tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa seperti itu memang ada.

"Saya beranggapan kalau mahasiswa yang seperti itu tergolong mahasiswa yang terlalu mengedepankan organisasinya dan menomorduakan masalah perkuliahannya. Dan setiap kampus, bahkan jurusan pasti ada mahasiswa aktivis yang seperti itu. Tapi selama hal itu tidak mengganggu kuliah dan membuat nilai menurun, bagi saya itu wajar saja,” tutur dara kelahiran Palu, 17 Juli 1994 ini. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar